Selasa (15/11), saya dihubungi panitia Pekan Pengabdian Masyarakat
FISIP UPM Probolinggo. Mereka datang ke rumah, sambil membawa selembar
surat. Isinya, meminta saya untuk menjadi pembicara di acara tersebut.
Tepatnya, saya diminta mengulas soal “Kontribusi Konkret Mahasiswa dalam Pembangunan”.
Ini tema menarik, mengingat hari ini era “sekedar” berwacana sudah
dianggap usang. Persis seperti motto PLN (Perusahaan Listrik Negara)
yang baru, yakni “Kerja! Kerja Kerja!”. Dan saya pikir, mahasiswa harus
melakukan hal serupa.
Yap, begitulah. Namun kali ini
saya tak akan menguraikan secara terperinci mengenai kontribusi macam
apa yang bisa dilakukan mahasiswa dalam pembangunan. Biarlah hal itu
menjadi tugas Anda nantinya, wahai para calon sarjana. Di kolom ini saya
hanya akan berbicara sekelumit tentang peran alias kedudukan mahasiswa
dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut
kacamata saya, ini lebih urgen untuk disampaikan dalam forum ini. Agar
gagasan tentang kontribusi mahasiswa nantinya lebih terarah dan
menyentuh aspek-aspek fundamental.
Yang jelas,
mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar. Bukan pula
rakyat dan bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri
di masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari mereka. Ia
adalah makhluk intelektual yang berdiri kokoh di atas idealisme dan
realita. Nah lo?!
Baiklah, agar lebih
gamblang, saya tuliskan sejumlah item berikut. Ini berdasarkan kajian
saya atas beberapa literatur. Jadi ada 4 (empat) peran yang HARUS
dimainkan oleh mahasiswa. Monggo disimak:
1. Creator of Change
Mahasiswa selama ini kerap disebut sebagai agen perubahan (agent of change).
Padahal, menurut saya, itu tidaklah benar. Sebab dalam defininya, kata
”agen” hanya merujuk bahwa mahasiswa hanyalah sebagai pembantu atau
bahkan hanya menjadi objek perubahan, bukan sebagai pencetusnya. Inilah
alasan mengapa saat ini peranan mahasiswa banyak yang diboncengi
pencetus perubahan lain seperti partai politik, ormas, dan lainnya.
Melihat dari kata ”pencetus”, mahasiswa seharusnya dapat bergerak
independen, sesuai dengan idealisme mereka.
Ingat,
kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal. Banyak sekali permasalahan
bangsa yang ada, mulai dari korupsi, penggusuran, ketidakadilan, dan
lain sebagainya. Mahasiswa yang mempunyai idealisme sudah seharusnya
berpikir dan bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi
ideal. Sejarah telah membuktikan, bahwa perubahan besar terjadi di
tangan generasi muda. Mulai dari zaman nabi, kolonialisme, reformasi,
dan lain sebagainya. Maka dari itu, mahasiswa dituntut bukan hanya
menjadi agen perubahan saja, melainkan pencetus perubahan itu sendiri
yang tentunya ke arah yang lebih baik.
2. Iron Stock
Peranan mahasiswa yang tak kalah penting adalah sebagai Iron Stock.
Artinya, mahasiswa dengan ketangguhan idealismenya, kemampuan dan
akhlaq mulianya akan menjadi pengganti generasi sebelumnya. Dapat
dikatakan, bahwa mahasiswa adalah aset, cadangan dan harapan bangsa di
masa depan. Peran organisasi kampus tentu mempengaruhi kualitas
mahasiswa. Kaderasasi yang baik dan penanaman nilai yang baik tentu akan
meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan.
Lantas
sekarang apa yang bisa kita lakukan dalam memenuhi peran ini?
Jawabannya, perkaya diri kita dengan berbagai pengetahuan! Baik itu dari
segi keprofesian maupun kemasyarakatan. Dan jangan lupa, pelajari serta
lakukan analisa atas berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi
sebelumnya.
3. Social Control
Peran
mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres
atau ganjil dalam masyarakat dan pemerintahan. Mahasiswa dengan gagasan
dan ilmu yang dimilikinya memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai
dan norma sosial dalam masyarakat. Ingat, mahasiswa itu lahir dari
rahim rakyat, dan sudah seyogyanya mahasiswa memiliki peran sosial.
Peran yang menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam masyarakat.
Beragam
kasus hukum, korupsi dan pendidikan yang merajalela di negeri ini
adalah alibi kuat mengapa mahasiswa harus bertindak. Lalu bagaimana cara
mahasiswa memainkan peran kontrol sosialnya? Mahasiswa harus
menumbuhkan jiwa sosial. Peduli pada keadaan rakyat yang mengalami
penderitaan, ketidakadilan dan ketertindasan. Kontrol sosial dapat
dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan
rakyat. Maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian
terhadap rakyat.
Pergerakan mahasiswa bukan hanya
sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi
yaitu diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli
terhadap rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat
memberikan bantuan baik secara moril dan materil bagi siapa saja yang
membutuhkannya.
4. Moral Force
Moral force atau kekuatan moral adalah peran utama mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force? Mahasiswa
dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan
yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa
adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki
keberuntungan untuk menempuh pendidikan tinggi.
Kini,
peran yang satu ini telah banyak ditinggalkan. Kegiatan mahasiswa
didominasi oleh program berbau hedon. Amanat dan tanggung jawab yang
telah dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar seolah
ditinggalkan begitu saja. Malah, belakangan ini mahasiswa dicap sebagai
biang kisruh. Ya, maklum saja, tawuran dan demonstrasi anarkis kerap
mewarnai sepak terjang mereka. Hal ini tentu kontraproduktif.
Wani Piro?
Hmm… Bagaimana mahasiswa, masihkah Anda berhasrat untuk berkontribusi sesuai peran di atas? Kalau ya, wani piro…?
Jangan dikira pertanyaan saya hanya sebuah kelakar. Maklum saja, belakangan istilah wani piromemang
merebak. Terlebih untuk mengekspresikan rasa pesimistis akan sesuatu.
Tanggapan bernada satire atas hal yang musykil untuk diwujudkan. Ya,
saya paham. Ini adalah buah dari budaya koruptif yang sudah jamak.
Tapi sebaliknya, wani piro ala
saya adalah sebuah tantangan. Tantangan kepada setiap pribadi mahasiswa
untuk membuktikan bahwa dirinya adalah elemen bangsa yang memajukan
kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan. Seberapa hebatkah
kreatifitas Anda untuk menghadirkan perubahan? Seberapa bulatkah tekad
Anda dalam mengekspansi wawasan dan mendalami disiplin ilmu? Seberapa
besarkah nyali Anda untuk menyuarakan kebenaran dan menginterupsi
ketidakbecusan? Dan seberapa kuatkah kepribadian Anda hingga layak
dijadikan teladan dan dibanggakan?
Itulah
pertanyaan-pertanyaan saya untuk Anda, wahai para mahasiswa… Tak perlu
dijawab dengan kata-kata, apalagi retorika panjang yang hanya berbuah
bualan belaka. Jawaban yang pas adalah berupa aksi nyata, mulai
sekarang. Saya tunggu kontribusi kalian di jagad FISIP UPM Probolinggo.
Tunjukkan “oranye”-mu untuk Indonesia yang lebih mensejahterakan! [*]
Disampaikan pada acara Pekan Pengabdian Masyarakat
FISIP UPM Probolinggo di Bremi - Krucil, 19/11/2011.
0 komentar:
Posting Komentar